PEMIKIRAN SYEKH NAWAWI AL-BANTANI DALAM PENDIDIKAN ISLAM DIINDONESIA

PEMIKIRAN SYEKH NAWAWI AL-BANTANI DALAM  PENDIDIKAN ISLAM DIINDONESIA

Achmad Zaenal Alim

Zaenaljee8@gmail.com

Abstrak: Penelitian ini menjelaskan pemikiran Syekh Nawawi Al-Bantani dalam dunia Pendidikan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan penelitian kepustakaan dalam metode studi analitis. Studi analitis yang digunakan adalah analitis konten dan analitis deskripsi tentang pendidikan menurut Syekh Nawai Al-Bantani. Hasil penelitian ini menerangkan pemikiran Pendidikan Syekh Nawawi Al-Bantani yang mencakup berbagai persoalan penting dalam Pendidikan islam. Dintaranya, ialah berbicara mengenahi struktur ide Pendidikan islam, pengertian Pendidikan islam, tujuan Pendidikan islam, prinsip dan metode Pendidikan islam, kriteria seorang guru yang ideal dan etika seoang murid.

Kata kunci: Pendidikan islam, syekh Nawawi al-bantani, pemikiran Pendidikan

Pendahuluan 

Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduknya beragama islam, hal tersebut tidak lepas dari peran para tokoh agama dan ulama-ulama terdahulu yang tekun dalam menyebarluaskan ajaran Nabi Muhammad Saw. Dalam perjalanan lintas sejarah, banyak para pakar pendidikan yang membahas, mengkaji dan meneliti tentang pemikiran Pendidikan islam. Diantara ulama-ulama tersebut ada satu sosok ulama yang luar biasa, yaitu Syekh Nawawi Al-Bantani yang merupakan sosok ulama multidimensional yang hidup di abad ke 19, dengan latar belakang pendidikan pesantren. Namanya sangat masyhur baik ditanah air maupun ditimur tengah terkhusus makkah, karena beliau pernah menjadi imam masjidil haram dan bergelar Saiyyidul Hijaz. Selain itu beliau juga ahli dalam berbagai bidang, diantaranya bidang tauhid, tafsir fiqh, sejarah nabi, tasawuf, bahkan bahasa dan retorika. Banyak dari karya-karya Syekh Nawawi Al-Bantani memberi sumbangsi dalam kemajuan pendidikan Islam di Indonesia.

Dalam pendidikan menurut Syekh Nawawi guru harusnya memiliki peranan yang dominan dalam proses belajar mengajar. Guru memegang prinsip agar memperlakukan muridnya sesuai dengan keadaanya. Syekh Nawawi al-Bantani dalam pendidikan seangat berorientasi pada nilai-nilai keagamaan dan bagaimana menjadikan Tuhan sebagai objek yang dituju dalam proses pendidikan sehingga sebagian peniliti mengelompokkannya sebagai ulama yang beraliran Religius Konservatif. Konsep-konsep pemikiran pendidikannya khususnya yang terkait dengan pendidikan moral masih sangat relevan untuk diterapkan pada era kontemporer sekarang ini.

Metode 

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan penelitian kepustakaan (library research) yaitu pencarian data dan informasi memanfaatkan berbagai macam materi yang bersumber dari kepustakaan ataupun pengungkapan argumentatif dari sumber data dalam bentuk studi, Sumber data penelitian ini diantaranya baik  berupa buku-buku ataupun jurnal yang berkaitan dengan pendidikan menurut Syekh Nawawi al-Bantani. Sumber lain adalah temuan penelitian, hasil diskusi, seminar, dan sebagainya. Bahan pustaka kemudian dibahas dan dianalisis secara kritis dan mendalam untuk mendukung proposisi dan gagasan yang ada dari berbagai referensi.

Hasil penelitian

Struktur ide Pendidikan islam

Secara sederhana, struktur ide atau nilai-nilai dasar Pendidikan Islam dapat kita maknai sebagai suatu ide dasar yang menjadi titik tolak dalam membangun isi dan substansi persoalan-persoalan Pendidikan Islam. Struktur ide itu yang paling penting, struktur ide pendidikan Islam menurut Nawawi al-Bantani maka yang kita perbincangkan sesungguhnya ialah pandangan Nawawi al-Bantani seputar hakikat alam, kehidupan, dan manusia. Pandangan inilah yang kemudian oleh Nawawi digunakan sebagai salah satu titik tolak dalam membangun isi dan substansi persoalan-persoalan pendidikan Islam. Menurut Maragustam, pemikiran Nawawi mengenai eksistensi alam yang rasional dapat dijadikan sebagai dasar pijakan dalam kerangka ilmu dan asas berpikir ilmiah, khususnya berkenaan dengan pengembangan pendidikan Islam.

Pengertian Pendidikan Islam

Imam Nawawi, sebagaimana yang dikutip oleh Mangustam, menggunakan istilah ta’lim untuk menyebut Pendidikan Islam. Padahal, ada istilah lain yang sering pula digunakan untuk mendefinisikan kata Pendidikan, seperti yang diungkapkan oleh para pakar Pendidikan islam, di antaranya dengan menggunakan istialh tarbiyah dan ta;dib. Menurut Imam Nawawi, ta’lim bukan terbatas hanya pada transfer (pengajaran) Ilmu, nilai, nilai, dan budaya, melainkan juga Pendidikan (transformasi), yakni nilai dan norma tersebut menyatu dengan murid.

Dengan demikian, sesungguhnya dalam pendidikan (ta'lim), transfer dan transformasi merupakan kesatuan integral yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain sebagaimana dua sisi mata uang. Keduanya mestilah berjalan bersamasama atau beriringan. Sebab, transfer sejatinya merupakan suatu strategi untuk melakukan transformasi.” Apabila keduanya berjalan beriringan maka pendidikan diharapkan mampu mengembangkan potensi para murid sebagai objek dan subjek didik secara optimal.

Tujuan Pendidikan Islam

Dari pendapat Syekh Nawawi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pendapat syekh Nawawi senada dengan pendapat Arifin, yang mana tujuan dari pada pendidikan adalah idealitas, idealis dalam presprektif Nawawi adalah pendidikan karena mengharapkan ridho Allah dan kebahagiaan kelak di akhirat. Akan tetapi Nawawi menambahkan tujuan realistis dalam pendidikan Islam, yaitu menghilangkan kebodohan yang ada pada manusia serta mengabaikan Islam dengan sinaran ilmu-ilmu agama. Beliau menyatakan bahwa hakikat dari Pendidikan ialah Ibadah sebagai sarana reformasi sosial, dalam tujuannya terkangdung lima aspek yakni aspek akhlak, akal, social,jasmani, dan professional, berikut tujuan dari Pendidikan islam,:

Memperoleh ridha Allah Swt. dan kebahagiaan akhirat, 

Menyingkirkan kebodohan dari diri sendiri dan orang lain, 

Memajukan dan mengabadikan Islam dengan ilmu, 

Mensyukuri nikmat Allah Swt. berupa pemberian akal dan tubuh yang sehat, 

Tidak menjadikan pendidikan sebagai sarana untuk keuntungan duniawi, dan

Tidak menjadikan pendidikan sebagai jalan untuk memperoleh kehormatan atau kedudukan.

Sedangkan Muhammad ‘Athiyyah menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan dan pengajaran bukanlah sebatas memenuhi otak anak didik dengan segala macam ilmu yang belum mereka ketahui, melainkan: a) Mendidik akhlaq dan jiwa anak; b) Menanamkan rasa keutamaan; c) Membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi; dan d) Mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan dengan penuh keihklasan dan kejujuran.

Prinsip Pendidikan Islam

Imam Nawawi mengemukakan berkaitan dengan prinsip-prinsip Pendidikan sebagai berikut:

Guru wajib menyampaikan materi secara jelas., penjelasannya dari persoalan-persoalan yang mudah sehingga para murid dapat menangkap maksud dari penjelasannya tersebut.

Guru harus mengetahui keadaan para muridnya, baik dalam aktivitas pembelajaran berlangsung maupun diluar pembelajaran serta memahami keadaan fisik dan psikis para muridnya.

Guru mampu menghargai pendapat para murid. Seorang guru tentunya tidak boleh bersikap sombong atau angkuh, dan berskap oleransi.

Guru tidak menambah pelajaran sebelum pelajaran sebelumnya dipahami. 

Guru tidak mendominasi percakapan dengan para murid. Seorang guru yang baik sepatutnya memahami bahwa para murid bukanlah semata objek pendidikan atau pengajaran, melainkan juga subjek dari pendidikan.

Metode Pendidikan Islam

Menurut hemat penulis, tentunya tidak semua pendapat Nawawi tersebut, terutama perihal etika murid, dapat kita terima secara langsung. Etika-etika murid yang diungkapkan Imam Nawawi, bahkan lebih tepat diterapkan dalam pendidikan tasawuf yang mengharuskan murid senantiasa tunduk secara pasif kepada perintah gurunya.

Metode kasby dan sima'iy. Yaitu, metode belajar dengan membaca kitab dan mendengarkan guru. Metode ini ialah yang umum ditempuh oleh para pencari ilmu. Mereka mendatangi para ulama (guru) untuk memperoleh ilmu secara langsung. Atau, mungkin mereka cukup belajar secara otodidak dengan membaca karya para ulama. 

Metode mukasyafah. Yaitu tersingkapnya cahaya yang tampak di hati ketika hati seorang pencari ilmu telah suci dari sifat-sifat tercela. Metode ini tentunya tidak sembarang ditempuh oleh para pencari ilmu. Namun, barang siapa mampu melakukannya, niscaya ia akan memperoleh kemudahan dalam mencari ilmu.

Kriteria guru yang ideal

Menurut Nawawi, agar seorang guru dapat disebut sebagai mua'llim atau pendidik yang ideal maka ia mesti memenuhi beberapa kriteria atau syarat berikut. 

Tabah dan sabar terhadap segala persoalan yang melanda para murid. 

Senantiasa bermurah hati dalam berbagai hal. Dalam hal ini, ia tidak boleh berlaku pelit, tetapi sebaliknya ia amat mudah memberi bantuan atau pertolongan kepada orang lain.

Duduk berwibawa secara terhormat sambil menundukkan kepala dan melonggarkan pandangan.

Tidak bersikap sombong terhadap sesama manusia, kecuali terhadap orang-orang yang benar-benar berlaku zhalim.

Bersikap tawadhu dalam majelis. Tawadhu itu bermakna rendah hati. Dengan kata lain, seorang guru mestilah berendah hati dalam setiap majelis yang diikutinya.

Menghindari bercanda atau senda gurau. Tentunya, pantang bagi seorang guru banyak bercanda atau bersenda gurau, terutama ketika mengajar para murid.

Bersikap lemah lembut dan ramah terhadap para murid. Terutama, ketika mengajar, seorang guru mestilah memperlihatkan bahwa dirinya merupakan sosok pendidik yang lemah lembut, ramah, dan penuh kasih.

Mendidik para murid yang kurang cerdas dengan pengajaran yang baik. Tentunya, semua murid mempunyai hak untuk memperoleh pengajaran yang baik dari gurunya.

Tidak marah-marah (membentak), dan tidak pula menyindir murid yang bodoh dalam pengajarannya.

idak merasa segan dan malu untuk berkata “saya tidak tahu” atau Allah Yang Maha Tahu” apabila suatu persoalan belum dikuasainya

Menyimak pertanyaan murid secara baik agar bisa memberikan jawaban yang terbaik.

Dapat menerima argumen atau dalil yang dikemukakan oleh orang lain, serta menyimaknya sekalipun argumennya itu bukan sepaham dengannya.

Tunduk pada kebenaran, dan kembali pada kebenaran ketika melakukan kesalahan dalam berbicara.

Etika seorang murid

Berkaitan dengan etika murid, menurut Imam Nawawi dalam kitabnya yang berjudul “Maraqi’ al Ubudiyah” etika yang mesti dimiliki oleh para pencari ilmu (murid), yang di antaranya ialah sebagai berikut:

Memberikan penghormatan dan salam kepada guru, serta meminta izin kepadanya ketika memasuki majelis ta'lim.

Menyedikitkan pembicaraan di hadapan gurunya. Tentunya, seorang murid yang baik diharapkan mampu menjaga perkataannya ketika berbicara dengan gurunya.

Tidak berbicara hal yang tidak ditanyakan. Termasuk juga etika murid ialah tidak membicarakan persoalan-persoalan yang tidak ditanyakan oleh gurunya.

Tidak bertanya mengenai sesuatu sebelum meminta izin terlebih dahulu dari gurunya, atau tidak bertanya sebelum ada persoalan.

Tidak mempertentangkan pendapat seorang guru dengan pendapat orang lain.

Kesimpulan 

Dari beberapa pembahasan yang telah penulis paparkan di atas, maka penulis simpulkan beberapa hal sebagaimana berikut ini:

Struktur ide pendidikan Islam menurut Nawawi al-Bantani maka yang kita perbincangkan sesungguhnya ialah pandangan Nawawi al-Bantani seputar hakikat alam, kehidupan, dan manusia.

Menurut Imam Nawawi, ta’lim bukan terbatas hanya pada transfer (pengajaran) Ilmu, nilai, nilai, dan budaya, melainkan juga Pendidikan (transformasi), yakni nilai dan norma tersebut menyatu dengan murid.

Tujuan Pendidikan islam: Memperoleh ridha Allah Swt. dan kebahagiaan akhirat, Menyingkirkan kebodohan, Memajukan dan mengabadikan Islam dengan ilmu,  Mensyukuri nikmat Allah Swt., Tidak menjadikan pendidikan sebagai sarana untuk keuntungan duniawi dan Tidak menjadikan pendidikan sebagai jalan untuk memperoleh kehormatan atau kedudukan.

Tidak menjadikan pendidikan sebagai jalan untuk memperoleh kehormatan atau kedudukan

Prinsip Pendidikan islam sebagai berikut; menyampaikan materi dengan jelas, melihat murid, dan menghargai pendapat murid.

Metode dalam Pendidikan menurut Nawawi ada 2 yaitu, Metode kasby dan sima'iy dan mukhasyafah.

Kriteria guru ideal yaitu: Tabah dan sabar, bermurah hati, berwibawah, tidak sombong, tawadhu’, menghindari berguaru yang berlebihan, lemah lembut, memperhatikan murid, tidka membentak, rendah hati, dan toleransi. 

Etika murid menurut Imam Nawawi diantaranya: Penghormatan, menyedikitkan pembicaraan, meminta izin dan tidak menentang terhadap guru. 

DAFTAR PUSTAKA


AL-Abrasyi, Muhammad ‘Atthiyyah. 2003.  Prinsip-prinsip dasar Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia)

Muhammad Yusuf, Pemikiran Pendidikan Islam Syekh Nawawi Al-Bantani Dan Relevansinya Terhadap Pendidikan Moral Era Kontemporer,

Siregar, Maragustam, dkk. 2012, Antologi Pemikiran Pendidikan Islam Tokoh Indonesia (Yogyakarta: UIN Yogyakarta),

Sukmadinata, Nana Syaodih, 2005, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia dengan PT Remaja Rosdakarya)


Komentar