KH. Muntaha Al-Hafidz Kyai karismatik pengagum Al-Qur’an

 KH. Muntaha Al-Hafidz
Kyai karismatik pengagum Al-Qur’an 


Ayahanda dari KH. Faqih Muntaha atau yang akrab disapa Abah Faqih, beliau adalah KH. Muntaha Al-Hafidz. Dilahirkan di kota Wonosobo, untuk tahun kelahirannya  banyak versi yang berbeda pendapat, dari  yang mengatakan tahun 1908, dan ada pula yang berpendapat tahun 1912 (diambil berdasarkan data KTP beliu).

Ibundanya adalah Nyai Hj. Safinah dan Ayahandanya adalah KH. Asy’ari. terlahir dari keluarga  kyai tidak menjadikan semangat Mbah Mun (sapaan akrab beliau) dalam mengkaji ilmu agama menjadi  pasang surut, terlebih kekaguman beliau dalam mengkaji Al-Qur’an tidak diragukan lagi. 

Kecintaanya dalam mengkaji Al-Qur’an pertama kali beliau dapatkan  dari Ibundanya sendiri, sejak kecil beliau Dididik oleh sang ibu tentang dasar-dasar ilmu tajwid, membaca Al-Qur’an, serta pelajaran-pelajaran dasar agama yang lain.  walaupun Mbah Muntaha  tumbuh besar dilingkungan pesantren, tidak menjadikan Mbah Mun hanya belajar di pesantren ayahandanya saja. Beliau belajar di luar pondok dengan berguru dengan Kyai ‘alim yang lain, dimulai dari satu rumah ke rumah yang lain, sampai keluar kota pun Mbah Mun lakukan, semua itu ditujukan untuk memperdalam keilmuannya. Salah satu pesantren yang beliau datangai adalah pesantren Kauman Kaliwungu Kendal. Di pesantren tersebut beliau melanjutkan hafalannya kepada KH. Usman hingga mengkhatamkan Qur’annya pada usia 16 tahun. Dari pesantren kaliwungu belau belanjutkan ke pesantren krapyak Yogyakarta, yaitu kepada KH. Munawir (Pengasuh Pondok Pesantren Al- Munawwir Yogyakarta) disana beliau mendalami keilmuannya dalam bidang ulumul Qur’an  dan Ilmu agama lainnya. Selepas dari pondok Krapyak, semangat beliau dalam menuntut ilmu tidak cepat puas, Pesantren Termas menjadi tujuan beliau dalam mengkaji keilmuan berikutnya. Mbah Mun belajar langsung dengan KH. Dimyati, beliau merupakan adik kandung dari  salah satu ulama’ Indonesia yang sangat mashur  di kota Makkah yaitu Syekh Mahfudz At-Termazi. 

Pada tahun 1950 Mbah Mun Kembali lagi ke Wonosobo untuk melanjutkan dan mengembangkan Pondok Pesantren keluarganya. Dengan semangat muda dan ide gagasan yang segar, beliau membuat strategi untuk mengembangkan pesantren Al-Asy’ariyah perlahan-lahan menyesuaikan dengan tuntutan zaman. Salah satu strategi Mbah Mun dalam mengembangkan pesantren kalibeber yaitu dengan memadukan Pendidikan Pesantren dan Pendidikan formal, seperti adanya Pendidikan formal : Taman Kanak-kanak (TK) Hj. Maryam, Madrasah Diniyah Wustho, Madrasah Diniyah ‘Ulya, Sekolah Madrasah Salafiyah Al-Asy’ariyah, Tahfidzul Qur’an, SD Takhasus Al-Qur’an, SMP Takhasus Al-Qur’an, SMA Takhasus Al-Qur’an, SMK Takhasus Al-Qur’an, dan bahkann sampai tingkatan perguruan tinggi yaitu Universitas Sains Al-Qur’an (UNSIQ). KH. Muntaha Al- Hafidz menjadi salah satu pendiri yang sekaligus Rektor pertama UNSIQ, ini membuktikan bahwa keilmuan Mbah Mun sangatlah dalam meskpun beliau tidak mengenyam Pendidikan tinggi formal, Namun Mbah Mun dapat menjadi pemegang jabatan tertinggi di tingkatan kampus, semua itu beliau dapatkan karena kedalaman keilmuannya dalam bidang agama terkhusus Al-Qur’an dan tentunya karena Ide-Ide Beliau dalam Mengembangkan bidang Pendidikan.

Selain dalam bidang Pendidikan, KH. Muntaha Al-Hafidz juga memberikan ide-ide inovatifnya, yaitu diantaranya : Dalam bidang Kesehatan, Politik,  Toleransi, Penyebaran ilmu-ilmu Al-Qur’an, dan masih banyak ide-ide segarnya yang lain. Namun dari beberapa ide yang beliau utarakan, yang sangat fenomenal dan membekas sampai saat ini adalah dalam bidang Al-Qur’an, kecintaanya terhadap Al-Qur’an Menjadikan Nama beliau selalu tersandingkan dengan nama Qur’an, bahkan dalam semua literatur yang memuat nama beliau selalu diikut sertakan  dengan nama Qur’an, salah satunya Buku yang di tulis oleh cendekiawan muslim Indonesia, yaitu Samsul Munir Amin yang berjudul biografi KH. MUNTAHA AL-HAFIDZ (ulama’ karismatik pencetus mushaf Al-Qur’an akbar),  selain itu ada pula yang berjudul manusia Qur’an  KH. MUNTAHA AL-HAFIDZ , kisah sejati pecinta Qur’an dan bahkan ada salh satu artikel yang memuat nama beliau dengan judul KH. MUNTAHA AL-HAFIDZ pecinta Al-Qur’an sepanjang masa.

Kekaguman dan kedalam ilmu beliau dalam bidang Al-Qur’an di buktikan pula dengan murid-murid KH. Muntaha  yang banyak menjadi Kyai, Ulama’,  Mubaligh dan Cendekiawan, diantaranya :  KH. Mufid Mas‘ud (PP Sunan Pandanaran, Yogyakarta), KH. A. Faqih Muntaha (Wonosobo), KH. Umar Bantul, KH. Syakur Brebes, KH. Sholihin Pekalongan, KH. Musta‘in Malang, KH Luthfi Cilacap, KH. Nidhomuddin Asror Kendal, KH. Hubullah Cirebon, KH. Abdul Halim Wonosobo, KH. Ahmad Ngisom Banjarnegara, dan selain itu banyak murid dari beliau yang mendirikan pesantren di kalibeber pula untuk meneruskan perjuangan beliau, diantaranya KH. Mukhotob Hamzah ( Rektor Unsiq periode 2013-2021), KH. Khoirullah Al-Mujtaba (Pengasuh PONPES Al-Asy’ariah sekarang), KH. Ngarifin Siddiq (Ketua PCNU kab. Wonosobo sekarang), KH. Ahmad Zuhdi (Pengasuh PONPES Ma’had Mamba’ul Qur’an Kalibeber) dan masih banyak yang lainnya. KH. MUNTAHA AL-HAFIDZ wafat pada hari rabu tanggal 29 Desember 2004 di RSU Tlogorejo Semarang, dimakamkan di Desa Ndero duwur, kecamatan Mojotengah Kanupaten Wonosobo

Komentar