sejarah pendidikan dalam al-qur'an

Sejarah Pendidikan Dalam Al-Qur’an

Apa itu sejarah
sekilas kata sejarah memang sudah melekat didalam pendengaran kita, dan bahkan kitapun sebetulnya merasakan kejadian sejarah itu sendiri, akan tetapi sedikit orang yang belum mengetahuinya.

S
ejarah pendidikan Islam, tidak terlepas dari sumber pendidikan Islam yaitu Allah SAW sebagai sumber utama melalui fiman-firmannya yang terdapat dikitab suci umat Islam yaitu Al-Quran. Sumber yang kedua ialah sunnah Nabi Saw. Yang mana dari beliaulah awal mula timbulnya sejarah pendidikan Islam, melalui sunnahnya. Oleh sebab itu sunnah mencerminkan prinsip, manisfestasi wahyu dalam segala perbuatan, perkataan dan taqriri nabi, maka beliau menjadi tauladan yang harus diikuti. Dalam keteladanan Nabi terkandung pendidikan yang sangat besar artinya, sumber pendidikan Islam selanjutnya adalah perkataan dan perbuatan sahabat yangn merupakan penerus atau yang paling memahami Rasulullah, selanjutnya ijtihad. Sejarah pendidikan Islam amat perlu dipelajari dan dibaca oleh kalangan mahasiswa, calon guru agama Islam dan pengelola pendidikan Islam.

Pendidikan (menurut) Islam dapat dipahami, disnalisis, dan dikembangkan dari sumber otentik ajaran Islam, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah. Pendidikan dalam Islam ini dapat dipahami sebagai proses dan praktik penyelenggaraan pendidikan di kalangan umat Islam, yang berlangsung secara berkesinambungan dari generasi ke generasi sepanjang sejarah Islam.

Mengenal pengertian sejarah

Kata sejarah berasal dari Bahasa Arab, yaitu “syajarotun” yang artinya pohon. Kalau kita lihat secara sistematis memang sejarah sama dengan pohon karena pohon diawali dengan bibit, mempunyai cabang dan ranting, bertumbuh dan berkembang, lalu layu dan tumbang. Kata sejarah  seirama dengan kata silsilah, kisah, hikayat; yang semuanya itu berasal dari Bahasa Arab.[1] Selain kata “syajarotun” ada istilah lain dalam Bahasa Arab mengenai sejarak yaitu “Tarikh” berasal dari kata ta’rikh atau taurikh yang berarti pemberitahuan tentang waktu; dan kata tarikh asysya’I kadang kala berarti tujuan dan masa berakhirnya suatu peristiwa.Dalam bangsa Barat sejarah disebut sebagai “Historie” (perancis), “Historie” (Belanda), dan “History” (inggris). Semua itu berasal dari Bahasa Yunani ,  “istoria” yang  berarti Ilmu.[2]

Namun secara istilah berarti masa lampau manusia. Menurut Bahasa Jerman sejarah disebut “geschichte”, berasal dari kata geschehen yang berarti terjadi.Dalam pengertian lain, sejarah ialah catatan Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau atau kisah dan peristiwa masa lampau umat manusia.Menurut sejarawan muslim yaitu Ibnu Khaldun sejarah ialah catatan tentang perubahan perubahan yang terjadi pada watak masyarakat , seperti keliaran, keramah tamahan, dan solidaritas, revolusi, dan pemberontakan sebagai akibat timbulnya negara negara dengan tingkat, kegiatan  dan kedudukan sosial yang bermacam-macam untuk mencapai penghidupan, ilmu pengetahuan, dan perubahan.Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa sejarah adalah suatu studi yang mempelajari kejadian pada masa lampau atau peristiwa yang pernah terjadi untuk mengetahui sebab akibat peristiwa itu terjadi. Dalam sejarah , suatu peristiwa akan menjadi bermakna jika mereka mengetahui mengapa hal itu terjadi.

Apa itu Pendidikan ?

Pada dasarnya pengertian pendidikanUU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.[1]
Sedangkan dalam islam sendiri, pendidikan mempunyai nama lain tarbiyah, al-Ta'lim  dan At-Ta’dib. Tarbiyah sendiri berasal berasal dari kata rabba, yarubbu, rabbayang berarti mengasuh, memimpin, mengasuh (anak). Ta’lim adalah suatu proses pengajaran yang lebih bersifat praktis, berupa petunjuk-petunjuk teknis dan lebih condong pada aspek pengembangnan pengetahuan (kognisi) serta keterampilan.[2]
Dengan demikian pendidikan islam merupakan Pendidikan Islam yaitu suatu proses bimbingan dari pendidik terhadap perkembangan jasmani, rohani, dan akal peserta didik ke arah terbentuknya pribadi muslim yang baik . Karena ia merupakan alat yang dapat difungsikan untuk mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan hidup manusia (sebagai makhluk pribadi dan sosial) kepada titik optimal kemampuannya untuk memperoleh kesejateraan hidup di dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat.

  
Ayat-ayat Al-Qur’an tentang Sejarah Pendidikan .

Qur'an Surat Al-Isra’: 76-77


وَإِنْ كَادُوا لَيَسْتَفِزُّونَكَ مِنَ الأرْضِ لِيُخْرِجُوكَ مِنْهَا وَإِذًا لَا يَلْبَثُونَ خِلافَكَ إِلا

قَلِيلا 76 سُنَّةَ مَنْ قَدْ أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ مِنْ رُسُلِنَا وَلا تَجِدُ لِسُنَّتِنَا تَحْوِيلا 77 


Artinya: “Dan pun nyaris mereka halaukan engkau dari bumi, untuk mengeluarkan engkau daripadanya, dan kalau terjadi demikian tidaklah akan lama mereka sepeninggal engkau, kecuali hanya sebentar. Jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang telah Kami utus sebelum engkau dari (kalangan) Rasul-Rasaul Kami. Dan tidaklah ada pada jalan yang telah kami tetapkan itu suatu perubahanpun”.


 “Dan pun nyaris mereka halaukan engkau dari bumi, untuk mengeluarkan engkau daripadanya”. Menurut Abdurrahman bin Ghannam ialah tipuan orang Yahudi di Madinah, mengajurkan Nabi s.a.w. supaya berpindah saja dari Madinah ke Syam, sebab disyam itulah dari zaman dulu kala kedudukan Nabi-nabi. Sebab itu maka ketika Nabi s.a.w. pergi ke peperangan Tabuk, yang sudah dekat ke Syam sudah ada maksud beliau meneruskan perjalanan kesana. Menerangkan sudah ada sejak semula maksud orang Quraisy hendak menghalau atau mengusir Nabi s.a.w. dari bumi Makkah, agar beliau pindah ke tempat lain, supaya mereka itu tidak diganggu lagi menyembah berhala mereka. “Dan kalau terjadi demikian tidaklah akan lama mereka sepeninggal engkau”. Tidaklah akan lama meraka bersenang diri dan berkuasa. Sebab ajaran yang dibawa Rasulullah itu tidak akan bertambah kucut, melainkan akan kian berkembang. “kecuali hanya sebentar”. Sebentar saja taruhlah setahun dua, niscaya akan jatuhlah pamor mereka dan runtuhlah pertahanan mereka. Sebab yang nereka pertahankan itu hanya hal batil.[5]Jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang telah Kami utus sebelum engkau dari (kalangan) Rasul-Rasaul Kami”. Artinya apa yang kau alami sekarang ini, begini juga yang dialami oleh orang-orang yang telah Kami utus sebelum engkau. Tidak ada seorang Nabi pun atau Rasul yang tidak menempuh kesukaran dalam perjuangan menegakkan perintah Allah dimuka bumi, ditantang, dikerasi, dibujuk dan dicumbu, agar beranjak dari pendirian dan berubah agak sedikit dari akidah. “Dan tidaklah ada pada jalan yang telah kami tetapkan itu suatu perubahanpun”. Akan menghindar dari kesulitan ini tidaklah dapat. Segala Rasul utusan Tuhan mesti menderita yang demikian. Dibenci dan disengsarakan namun mereka tidak boleh mundur setapak jua pun. Beranjak dari pendirian sedikit saja pun artinya ialah melalaikan kewajiban. Memperturut kehendak mereka agak sedikit, berarti dosa .berarti berubah pendirian batin.[6]
 Qur’an Surat Fathir ayat : 43


اسْتِكْبَاراً فِي الْأَرْضِ وَمَكْرَ السَّيِّئِ وَلَا يَحِيقُ الْمَكْرُ السَّيِّئُ إِلَّا بِأَهْلِهِ فَهَلْ

يَنظُرُونَ إِلَّا سُنَّتَ الْأَوَّلِينَ فَلَن تَجِدَ لِسُنَّتِ اللَّهِ تَبْدِيلاً وَلَن تَجِدَ لِسُنَّتِ اللَّهِ تَحْوِيلاً 


Artinya: “Karena kesombongan di muka bumi dan rencana jahat. Dan tidaklah akan menimpa suatu rencana yang jahat itu, kecuali kepada ahlinya sendiri. Maka apakah yang mereka lihat selain dari sunnah yang berlaku pada orang-orang yang dulu-dulu? Maka sekali-kali tidaklah akan kamu dapati pada Sunnatullah itu suatu pergantian. Dan sekali-kali tidaklah akan kamu dapati bagi Sunnatullah itu suatu pembelokan”.(QS. Al-Fatir: 43)


        “Karena kesombongan di muka bumi dan rencana jahat”. Didini dinyatakan bahwa sebab utama mengapa mereka mungkiri sumpah mereka. Pertama ialah karena kesombongan belaka.[7] Merasa diri lebih pintar, lebih patut diharga. Banyaknya kejadian orang-orang yang merasa dirinya sangat penting, di dalam hatinya mengakui bahwa seruan Rasul itu adalah benar. Tetapi mereka salahkan cara peenyebarannya. Mengapa Rasul terlalu memberatkan perhatian kepada orang-orang yang tidak ada kedudukan dalam masyarakat. “Dan tidaklah akan menimpa suatu rencana yang jahat itu, kecuali kepada ahlinya sendiri”. Siapa yang menggali lubang, dia sendirilah yang akan menimbuninya dengan dirinya seendiri. Karena kecurangan tidaklah akan bertahan lama dihadapan kejujuran dan cita-cita yang memang hidup dalam hati yang memperjuangkannya. “Maka apakah yang mereka lihat selain dari sunnah yang berlaku pada orang-orang yang dulu-dulu?”. Dengan lanjutan ini mereka diberikan kesadaran bahwa rencana jahat tidaklah pernah menang. Mungkin dia kelihatan seperti menang sementara. Tetapi hari ke hari api semangat mereka akan lenyap, kemudian padam dengan sendirinya. Maka yang berlaku pada orang-orang dulu adalah kegagalan, kehancuran dan siksaan Tuhan yang tidak berkeputusan. Kekalahan terus menerus..

        “Maka sekali-kali tidaklah akan kamu dapati pada Sunnatullah itu suatu pergantian”. Sebab jalan yang ditempuhnya sudah tertentu sejak semula, tidak mungkin dia berganti begitu saja ditengah jalan. “Dan sekali-kali tidaklah akan kamu dapati bagi Sunnatullah itu suatu pembelokan”. Maka berbahagialah orang yang berjuang dengan ilmu tentang keadaan Sunnatullah. Seluruh alam diatur dengan Sunnatullah, tidak ada yang dijadikan sia-sia atau kacau. Oleh karena Sunatullah teratur.

 Qur’an Surat AL Ahzab ayat : 38 dan 62


مَّا كَانَ عَلَى النَّبِيِّ مِنْ حَرَجٍ فِيمَا فَرَضَ اللَّهُ لَهُ سُنَّةَ اللَّهِ فِي الَّذِينَ خَلَوْا مِن قَبْلُ


وَكَانَ أَمْرُ اللَّهِ قَدَراً مَّقْدُوراً ﴿٣٨﴾


Artinya: “Tidaklah ada atas seorang Nabi suatu keberatan pun pada apa yang Allah fardhukan kepadanya demikianlah sunnah Allah pada mereka-mereka yang telah lalu sebelunya dan adalah ketentuan Allah itu suatu kadar yang telah dihinggakan”, (QS. Al Ahzab :38)

  سُنَّةَ اللَّهِ فِي الَّذِينَ خَلَوْا مِن قَبْلُ وَلَن تَجِدَ لِسُنَّةِ اللَّهِ تَبْدِيلاً ﴿٦٢

Artinya: “Sunnah Allah yang telah berlaku pada orang-orang yang telah terdahulu, dan sekali-kali tidak akan didapati bagi Sunnatullah itu suatu pengganti”. (QS. Al Ahzab:62)[1]


 “Tidaklah ada atas seorang Nabi suatu keberatan pun pada apa yang Allah fardhukan kepadanya”. Nabi sendiripun bahkan lebih dari itu. Kalau ketentuan Allah sudah datang, dialah yang terlebih wajib memulai menjalankannya. “Demikianlah sunnah Allah pada mereka-mereka yang telah lalu sebelunya”. Nabi-nabi yang dahulu dari Nabi Muhammad mereka mendapat perintah dan mereka pula terlebih dahulu melaksanakan perintah itu, untuk diturutu oleh orang banyak. Ttidaklah ada seorang Nabi pun yang keberatan, walaupun akan menempuh pengorbanan yang berat. “Dan adalah ketentuan Allah itu suatu kadar yang telah dihinggakan”. Artinya bahwasanya perkawinan Nabi dengan Zaenab ini adalah kadar atau takdir yang telah ditentuka oleh Allah sendiri. Berbagi fitnah dan prasangka pasti akan diperbuat oleh musuh-musuh Islam, namun dalam hati orang yang beriman perkawinan ini adalah wajar belaka.

Penjelasan ayat 62 Artinya begitulah peraturan Allah yang tidak bisa berubah lagi.  Pembersihan kedalam sesudah selesai membasmi kaum munafik, kalau pembersihan tidak dilakukan, niscaya agama dan kekuasaan yang telah berdiri akan dihancurkan dari dalam oleh orang-orang yang kesetiaanya diragukan.

Qur’an Surat Al Maidah ayat : 78 dan 81


لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُواْ مِن بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُودَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا


عَصَوا وَّكَانُواْ يَعْتَدُونَ ﴿٧٨﴾



Artinya: “Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan `Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas”. (QS Al Maidah :78)

وَلَوْ كَانُوا يُؤْمِنُونَ بِالله والنَّبِيِّ وَمَا أُنزِلَ إِلَيْهِ مَا اتَّخَذُوهُمْ أَوْلِيَاء وَلَـكِنَّ كَثِيراً

مِّنْهُمْ فَاسِقُونَ ﴿٨١﴾


Artinya: “Sekiranya mereka beriman kepada Allah, kepada Nabi (Musa) dan kepada apa yang diturunkan kepadanya (Nabi), niscaya mereka tidak akan mengambil orang-orang musyrikin itu menjadi penolong-penolong, tapi kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang fasik”. (QS. Al Maidah: 81)

  Penjelasan QS Al-Maidah ayat 78. Allah SWT telah menceritakan bahwa dia telah menjauhkan orang-orang kafir dan kalangan Bani Israil dari rahmat-Nya didalam kitab suci yang diturunkan-Nya kepada Daud yaitu Zabur, dan dikalangan kitab suci yang diturunkan-Nya kepada Isa putra Maryam yaitu Injil. Tindakannya yang menjauhkan mereka dari rahmat-Nya tersebut disebabkan oleh perbuatan maksiat mereka yang begitu banyak dan melanggar larangan-larangan Allah.[9]        Penjelasan QS Al-Maidah ayat 81. Dan sekiranya mereka, yaitu orang-orang yahudi yang bekerja sama dengan orang kafir, itu beriman kepada Allah, kepada nabi Muhammad, dan kepada apa yang diturunkan kepadanya, yaitu Al-Qur'an, niscaya mereka tidak akan menjadikan orang-orang musyrik itu sebagai penolongpenolong atau teman setia yang membantu mereka untuk memerangi nabi dan umat islam. Akan tetapi, kenyataannya banyak di antara mereka adalah orang-orang yang fasik, yang sering melakukan penyimpangan dari ajaran agamanya pada ayat-ayat yang lalu diterangkan tentang kutukan Allah terhadap orang yahudi, selanjutnya pada ayat ini dijelaskan bagaimana sikap para ahli kitab terhadap orang mukmin. Allah memberikan informasi kepada nabi Muhammad, pasti akan kamu dapati orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman (umat islam), ialah orang-orang yahudi dan orang-orang musyrik, yang memang merasa tidak senang dan selalu memusuhi rasulullah dan umat islam.

Dan di samping itu, pasti akan kamu dapati juga orang yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata, sesungguhnya kami adalah orang nasrani, yaitu yang tekun melaksanakan ajaran agamanya. Yang sedemikian itu karena di antara mereka, orang-orang nasrani, terdapat para pendeta dan rahib yang saleh dan selalu melaksanakan tuntunan agamanya dengan benar, selain itu juga karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri dengan segala kesalehan dan ketekunan dalam beribadah.

Manfaat Mempelajari Sejarah Pendidikan Dalam Al-Qur’an

Manfaat mempelajari sejarah memang tidak mudah disamakan pada hakikatnya ingin memberikan setitik pengetahuan (pencerahan) tentang guna sejarah. Secara umum, manfaat sejarah terbagi menjadi empat bagian yaitu 
  • Edukatif (pendidikan), sejarah adalah guru kehidupan. Dalam hal ini Guru berarti sejarah  memberikan arahan (guide) bagi kita dalam melakoni kehidupan. sejarah mendidik kita supaya  bertindak bijaksana.
  • Inspiratif (wawasan), Sejarah dalam arti kisah adalah upaya menghadirkan kembali kejadian masa lalu dalam kehidupan sekarang. dengan demikian belajar sejarah berarti berupaya untuk membangun kembali masa lalu dalam bentuk cerita sejarah.
  • Interaktif (dialog) sejarah adalah sebuah dialog yang tidak berkesudahan. dialog antara sejarawan dengan masa lalu hanya bisa dilakukan dengan menggunakan sumber sejarah. dengan demikian, proses berdialog dengan masa lalu bagi orang yang belajar sejarah membutuhkan kesabaran dan ketekunan dalam membuka lembaran-lembaran dan ingatan kolektif tentang informasi terkait kejadian masa lalu.
  • Rekreatif (kesenangan). belajar sejarah adalah cara untuk mengetahui masa lalu. Karena itu, orang yang belajar sejarah bisa disebut sebagai wisatawan profesional di dalam dunia lampau.






[1] William H. Frederick dan Soeri Soeroto, ed., Pemahaman Sejarah Indonesia:Sebelum dan Sesudah Revolusi, (Jakarta: LP3ES, 1982), hlm. 1.
[2] Hasan Utsman, Metode Penelitian Sejarah ,(Jakarta: Departeme RI,1986).
[3] https://ruangguruku.com/pengertian-pendidikan-menurut-ahli/ diakses tanggal 11 desember 2019
[4] M. Murtadho Hadi,Tiga Guru Sufi Tabah Jawa, ( Yogyakarta: Pustaka Pesantren,2010), hlm. 6,
 [5] Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz XV (Jakarta: Pt Pustaka Panjimas, 1992). Hlm.107
[6] Ibid hlm.108
[7] Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz XXII (Jakarta: Pt Pustaka Panjimas, 2002). Hlm.267
[8] Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz XXII (Jakarta: Pt Pustaka Panjimas, 2002). Hlm.93
[9] https://tafsirweb.com/1965-surat-al-maidah-ayat-81.html 


  

Komentar

  1. Dari sejarah memang kita dapat belajar banyak... Mantap ..

    BalasHapus

Posting Komentar

Berikan kritik dan saran?